Selasa, 29 Mei 2012

KATA PENGANTAR


           Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun   tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang “Teori Belajar Sibernetik dan Pengaruh penyerapan Informasi Melalui Neuron ” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.


Terima kasih.
Penulis



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB   I     PENDAHULUAN
                        PEMBAHASAN

A.
Pengertian Pembelajaran  Sibernetik
B. Ingatan-peran fasilitasi sinaptik dan inhibisi sinaptik
C. Ingatan Positif dan Negatif -Sensitisasi” dan Habituasi Penjalaran Sinaptik.
D. Klasifikasi ingatan
                 -Ingatan jangka panjang
                 -Perubahan struktur yang terjadi di sinaps-sinaps selama terbentuknya ingatan
       jangka panjang
                -Perubahan fisik

               PENUTUP
    
          DAFTAR PUSTAKA      








                                                         BAB I
TEORI BELAJAR SIBERNETIK DAN PENGARUH PENYERAPAN INFORMASI MELALUI NEURON

PENDAHULUAN

         Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan seseorang, diperlukan pijakan teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, instruktur maupun siapa saja yang berkeinginan untuk membelajarkan orang dapat berhasil dengan baik. Ada dua pijakan teori yang dapat dijadikan pegangan agar pembelajaran berhasil dengan baik. Kedua teori tersebut adalah teori belajar yang bersifat deskriptif. Teori ini memberikan bagaimana seseorang melakukan kegiatan belajar. Teori belajar yang banyak diterapkan oleh para ahli pembelajaran itu meliputi teori behavioristik, teori kognitivistik, teori humanistik, dan teori belajar sibernatik.
Semua teori belajar tersebut memiliki aplikasi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Demikian juga halnya dengan teori belajar sibernatik sebagaiman akan dipaparkan oleh penyusun dalam makalah ini. Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan teori sibernatik terhadap proses belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada hal-hal seperti pengertian belajar menurut teori sibernatik, aliran-aliran sibernatik, aplikasi teori belajar sibernetik, implementasi teori sibernatik dalam pembelajaran. Kegiatan makalah ini diakhiri dengan memaparkan keunggulan dan kelemahan teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran.
       Makalah ini bertujuan kepada semua pendidik diharapkan memiliki kemampuan untuk mengkaji hakekat belajar menurut teori sibernetik dan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran.

PEMBAHASAN

        Pengertian Belajar Menurut Teori Sibernetik Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih utama lagi adalah sistem informasi yang akan dipelajari siswa.
1. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi, sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
2. Aliran-Aliran Teori Sibernetik Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori sibernetik telah dikembangkan oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmuk dan heuristik), Pask dan Scott (dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial serialist), atau pendekatan-pendekatan lain yang berorientasi pada pengelolaan informasi.
3. 1.Teori belajar menurut Landa
4. Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir, di antaranya : 
1). Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap, linear, konvergen, lurus enuju kesatu target tujuan tertentu. Contoh: kegiatan menelepon, menjalankan mesin mobil, dan lain-lain. 2).Cara berpikir heoristik, yaitu cara berpikir devergen, menuju beberapa target tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik. Contoh: Operasi pemilihan atribut geonetri, penemuan cara-cara pemecahan masalah, dan lan-lain. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri-cirinya. Suatu materi lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linier, sekuensial. Materi lainnya lebih tepat disajikan dalam bentuk terbuka dan memberi keleluasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berfikir.
5. 2.Teori belajar menurut Pask dan Scott Menurut Pask dan Scott, ada dua macam cara berpikir yaitu cara berpikir serialis dan cara berpikir wholist atau menyeleruh. Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist) adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
6. Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderugn mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus. Sedangkan siswatipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik.
       Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari teori ini memandang manusia sebagai pengolahan informasi, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
7. Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran Aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan (2001) baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
8. 1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran 
    2. Menentukan materi pembelajaran 
    3. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
   4.Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik)                                                                                                                                             5.Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya. 
6.Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.  Implementasi Teori Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran
Dalam implementasinya, teori belajar sibernetik telah dikembangkan oleh beberapa tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi ytang dikembangkan oleh Gage dan Berline, Biehler, Snowman, Baine, dan Tennyson.9 Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi, yaitu: a.Bahwa antara stimulus dan respon berpijak pada tiga asumsi, yaitu: Pemrosesan informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu. b.Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya. c.Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.Dati ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen. Komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa” Ketiga komponen tesebut adalah: 10 1.Sensory Recoptor (SR) Sensory Recptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti. 2.Warking Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.
       Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan. 3.Long Term Memory (LTM) Dalam Long Term Memory (LTM) diasumsikan: 1)Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu 2)Mempunyai kapasitas tidak terbatas 3)Sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Asubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu.
Berpijak pada kajian diatas, Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan bahwa pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci.11 Proses pengelolaan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (stroge), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrival). Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan.12 Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah
1.Menarik perhatian 2.Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa 3.Merangsang ingatan pada pra syarat belajar 4.Menyajikan bahan rangsanyan 5.Memberikan bimbingan belajar 6.Mendorong unjuk kerja 7.Memberikan balikan informative 8.Menilai unjuk kerja
9.Meningkatkan retensi dan alih belajar Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi13 a.Cara berpikir yang berorientasi pada prses lebih menonjol
b.Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis c.Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap d.Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
e.Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya f.Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu g.Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan. Implementasi teori belajar sibernetik yang berikutnya dalam kegiatan pembelajaran dikembangkan oleh konsepsi Landa dalam model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik juga temasuk teori sibernitik. Pask dan Scott yang membagi siswa menjadi tipe menyeluruh atau “Wholist” dan tipe serial atau “serialist” juga menganut teori sibernetik sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.Keunggulan dan Kelemahan Teori Sibernitik dalam Kegiatan Pembelajaran Keunggulan Kesemua teori belajar dalam aliran-aliran yang menekankan aspek yang berbeda-beda ini sebetulnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu proses yang berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan tertentu. Isi dari proses belajar adalah sistem informasi yang diperoleh melalui pengalaman akan suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau informasi umum. Hasil dari proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai perubahan tingkah laku maupun secara kemampuan pada tanah kognitif, afektif dan psikomotorik.14 Kelemahan Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi denganmencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori
Ingatan-peran fasilitasi sinaptik dan inhibisi sinaptik
Secara fisiologis, ingatan adalah hasil dari perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari aktivitas nural sebelumnya. Perubahan ini kemudian mengasilkan jaras-jaras baru atau jaras-jaras yang terfasilitasi untuk membentuk penjalaran sinyal-sinyal mellaui lintasan neural otak. Jaras yang baru atau yang terfasilitasi disebut jejak-jejak ingatan (memory traces). Jaras-jaras ini penting karena begitu jaras-jaras ini menetap/ada, maka akan diaktifkan oleh benak pikiran untuk menimbulkan kembali ingatan yang ada.
Suatu percobaan terhadap binatang rendah telah memperlihatkan bahwa jejak ingatan dapat timbul pada semua tingkat sistem saraf. Bahkan refleks-refleks medula spinalis dapat mengubah setidaknya sedikit respon terhadap aktivasi medulla yang berturut-turut, yang merupakan bagian dari proses ingatan. Beberapa ingatan jangka panjang juga merupakan hasil dari perubahan penghantaran sinaptik dipusat-pusat otak bagian bawah.
Terdapat banyak sekali alasan untuk mempercayai bahwa sebagian besar ingatan yang kita kaitkan dengan proses intelektual, didasarkan pada jejak ingatan yang terutama terdapat di korteks serebri.
Ingatan Positif dan Negatif -Sensitisasi” dan Habituasi Penjalaran Sinaptik.
Walaupun kita sering berpendapat bahwa ingatan adalah hasil dari pengumpulan kembali pikiran-pikiran atau pengalaman-pengalaman sebelumnya yang bersifat positif, tetapi tetap ada kemungkinan yang sama besar untuk ingatan negatif, bukan positif saja. Artinya otak kita digenangi oleh informasi sensorik yang berasal dari seluruh panca indera. Jika pikiran kita diusahakan untuk mengingat semua informasi ini, maka kapasitas ingatan otak akan penuh dalam beberapa menit saja. Untunglah, otak memiliki kapasitas yang khas untuk belajar mengenali informasi yang tidak memberi akibat. Ini adalah hasil dari inhibisi jaras sinaptik untuk jenis-jenis informasi semacam ini; efek yang dihasilkan disebut habituasi.
Hal ini, pada indera, merupakan tipe ingatan negatif. Dengan kata lain, untuk jenis-jenis informasi semacam ini, yang masuk dan menyebabkan akibat yang penting, seperti rasa nyeri atau rasa senang, otak memiliki kemampuan otomatis dalam hal penguatan dan penyimpanan jejak ingatan. Ini adalah ingatan positif. Ingatan positif ini adalah hasil dari fasilitasi jaras-jaras sinaptik, dan prosesnya disebut sensitisasi ingatan. Daerah khusus pada regio limbik basal otak mampu menentukan apakah suatu informasi bersifat penting atau tidak penting, dan membuat keputusan secara tidak sadar apakah informasi ini akan disimpan sebagai jejak ingatan yang kuat atau justru ditekannya.
Klasifikasi ingatan                                                                       
Klasifikasi umum mengenai ingatan, membagi ingatan menjadi ingatan jangka pendek, ingatan jangka menengah, dan ingatan jangka panjang.
Ingatan jangka panjang                                                                                   
Tidak ada batasan yang jelas antara jenis ingatan jangka menengah yang lebih lama dengan ingatan jangka panjang yang sesungguhnya. Namun, ingatan jangka panjang pada umumnya diyakini sebagai hasil dari perubahan struktural pada saat ini, bukan perubahan kimiawi, pada sinaps-sinaps yang memperkuat atau menekan penghantaran sinyal.

Perubahan struktur yang terjadi di sinaps-sinaps selama terbentuknya ingatan jangka panjang
Gambaran mikroskopik elektron yang diambil dari binatang invertebrata telah menunjukkan perubahan gambaran fisik yang multipel pada sinaps-sinaps selama terbentuknya jejak ingatan jangka panjang. Perubahan tidak akan terjadi jika binatang tersebut diberi obat yang menghambat sistem DNA yang melakukan replikasi protein di neuron parasinaptik, dengan demikian tidak terbentuk jejak ingatan yang permanen. Oleh karena itu, tampaknya jelas bahwa pembentukan ingatan jangka panjang yang sebenarnya bergantung pada restrukturisasi sinaps-sinaps itu sendiri secara fisik dalam cara-cara tertentu untuk meningkatkan sensitivitasnya dalam menjalarkan sinyal-sinyal saraf.
Perubahan fisik paling penting yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan jumlah-jumlah tempat-tempat pelepasan vesikel yang menyekresikan substansi transmiter. Setiap ujung presinaptik memiliki tempat-tempat pelepasan yang spesifik dalam membrannya, yang melepaskan substansi transmitter kedalam celah sinaptik ketika ujung tersebut dirangsang. Dalam beberapa menit setelah dimulainya pembentukan ingatan, kita dapat melihat pada mikrograf elektron terdapat suatu permulaan yang meningkatkan jumlah tempat-tempat pelepasan ini dibagian ujung. Tempat-tempat yang baru ini timbul akibat terbentuknya struktur pelepasan vesikel protein yang baru pada permukaan bagian dalam dari membran presinaptik. Kemudian ketika potensial aksi tiba diujung presinaptik, tempat-tempat ekstra tersebut menyebabkan peningkatan eksositosis vesikular dari substansi transmiter untuk memasuki celah sinaptik.
2. Peningkatan jumlah vesikel-vesikel transmiter. Tidak hanya jumlah tempat pelepasan vesikel saja yang meningkat, tetapi jumlah vesikel transmiter pada setiap ujung presinaptik juga meningkat.
3. Peningkatan jumlah ujung-ujung presinaptik. Dengan pelatihan yang kuat, bahkan jumlah ujung-ujung presinaptik juga meningkat, kadang-kadang lebih dari dua kali normal. Bersama dengan peningkatan di ujung-ujung ini, dendrit-dendrit dari neuron yang berurutan juga meningkatkan daya tampung sinaps-sinaps ekstra mejadi lebih lama.
Jadi, dalam beberapa hal, kemampuan struktural dari sinaps-sinaps untuk menjalarkan sinyal menjadi meningkat selama adanya jejak ingatan jangka panjang yang sebenar ini.15 Pada akhirnya, masing-masing aliran teori belajar ini mengandung keunggulan-keunggulan dan kelemhana-kelemahannya sendiri yang harus kita ketahui untuk dapat mengkombinasikan dalam penerapannya dengan pendekatan belajar yang lain sehingga dicapai hasil proses belajar yang lebih baik.
                                                                                              
PENUTUP

            Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi. Teori ini mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Oleh sebab itu, teori sibernatik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab caa belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Teori ini kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh aliran teori sibernetik anta lain Landa, Pask dan Scott berdasarkan konsepsi-konsepsinya. Konsepsi Landa dengan model pendekatan tipe serialist dan whoslist. Selanjutnya, teori sibernatik dipertegas melalui aplikasi teori pengelohan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mendeskripsikan adanya kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian/urutan pembelajaran.           Ingatan adalah hasil dari perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari aktivitas nural sebelumnya. Tidak ada batasan yang jelas antara jenis ingatan jangka menengah yang lebih lama dengan ingatan jangka panjang yang sesungguhnya. Namun, ingatan jangka panjang pada umumnya diyakini sebagai hasil dari perubahan struktural pada saat ini, bukan perubahan kimiawi, pada sinaps-sinaps yang memperkuat atau menekan penghantaran sinyal.








DAFTAR PUSTAKA



Asri Budingsih (2002), Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: FIP UNY.

 Hamzah B. Uno, (2006) Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi                Aksara, 2006  Internet, Teori Sibernetik, P.1 (tanggal 21 Desember 2008)


http://html suciansty p (2003)item/5/ neuron,

http://wishing99blogspot.com/2008/05/laporanbacaan buku-judul-teori-belajar.html  Suciati dan    Irwan, P. (2001), Teori Belajar dan Motivasi, Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT, PAU.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar